Minggu, 05 Agustus 2012

Selaksa Sukma Untuk Negeriku



Malam adalah waktu yang menjulang melampauimu dalam ketakutan, menakutiku juga – menakuti kita semua. Siapa yang pernah berkenalan dengan malam, akan tahu betul arti keterasingan dalam negeri sendiri. Di sudut rumah itu, ada pohon-pohon raksasa yang ditinggali tikus-tikus dengan tubuh tambun dan lemak bertumpuk.

Kau tahu, tikus-tikus itu menyukai koin-koin kecil di dompetku. Dengan napas mendengus dan suara menguik-nguik, mereka akan menjilati dan menggerogotinya. Tikus memang rakus. Air liur mereka akan menetes-netes, meninggalkan bau bacin yang susah hilang.

Suatu ketika, aku begitu kesal, sampai mengusulkan kepada presiden untuk untuk menukarnya dengan kambing saya. Presiden bilang, mereka tak bisa ditukar. Aku bilang, sayang sekali. Soalnya, kalau bisa, aku ingin menukar presiden. Presidenku terkejut. Dengan siapa, tanyanya marah. Dengan BJ. Habibie, jawabku mantap. (“Sempurna”)

Tikus-tikus itu juga suka membelai kepala anjing negara yang berseragam dan membelikannya berbagai jajanan: permen dan aneka kue yang berwarna-warni. Mendekati pagi, segerombolan anjing berseragam berkelip di timur. Suaranya berdenting dalam hiruk-pikuk orde baru. Anjing negara menjulurkan tangan. Aku sangat senang karena kupikir tikus-tikus itu akan di ajak ngopi di jeruji besi. Nyata, tikus-tikus itu dibawa ke pantai menikmati hidangan babi bakar sambil tertawa terbahak-bahak dengan perut membucit.

Perutnya serupa balon yang kau tiup sepanjang hari dalam kelaparanmu.

By Fitri Yunus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar