Jumat, 31 Agustus 2012

Untuk Jiwa 99 °C

 

Ayahku bilang api akan padam dengan sendirinya, kecuali kau membuka jendela dan menyiramnya dengan bensin. Kalau di pikir-pikir kurasa itulah perlu dilakukan banyak orang. Meninggalkan jiwa yang panas untuk memaki seorang diri. Tapi ayahku juga mengatakan jika api telah menjilati tumitmu kau harus meruntuhkan dinding jika kau ingin meloloskan diri. Kalau terpaksa, pembelaan diri kadang menjadi pilihan terakhir.

Untuk setiap 99 derajat suhu yang meningkat dari api Tuhan di atas sana, ukuran api itu seakan bertambah dua kali lipat. Inilah yang kupikirkan ketika melihat percik-percik api melesat dari cerobong asap tempat pembakaran sampah, memercikkan ribuan bintang baru. Satu-satunya alasan yang tepat bahwa anak yang memaki orang tua akan masuk ke pembakaran sampah Tuhan.

Inilah kesempatan terbesar yang dilakukan orang baru, mengira bahwa melawan api berarti langsung menyiramnya dengan air. Kadang-kadang, hal itu malah membuatnya jadi tambah buruk. Jadi jangan berpikir orang tua yang diam mengisyaratkan kamu menang. Akan ada hari di mana penyesalan menjadi satu-satunya teman.

By : Fitri Yunus 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar